Rabu, 02 Desember 2009

Rumah Tinggi Kami

Pindah ke kota siak menggoreskan kisah-kisah yang ’berbeda’ dalam hidup kami. Masalah tempat tinggal yang kami kira sudah dipersiapkan. Dan ternyata kenyataannya belum sesuai dengan yang kami harapkan. Akhirnya, ditempat yang baru ini, kami harus menyiapkan semuanya sendiri. Mulai dari rumah, kendaraan, perabot...... sungguh tidak kami bayangkan. Kalau saya harus mulai lagi dari nol...untuk tinggal disini.

Di siak, tidak ada transportasi umum, dan kebutuhan akan kendaraan tranportasi adalah hal wajib buat semua orang yang tinggal disini. Tentu saja kami kebingungan setiap mau berpergian, Alhamdulillah atasan kami Pak rasyid memberikan pinjaman motornya untuk sementara. Namun, tidak enak terus meminjam, akhirnya kami berusaha cari motor bekas. Tabunganpun kami kuras untuk membeli kendaraan. Alhamdulillah walau bekas, kami mendapat kendaraan yang masih bagus.

Masalah kendaraan sudah teratasi....... berikutnya kami mencari rumah tinggal yang nyaman. Dengan kamar mandi yang bersih. Kebiasaan kami ketika mencari rumah sewa, faktor kebersihan kamar mandi, menjadi salah satu pertimbangan utama. Dengan motor baru kami yang seken.... kami berkendara....keliling kota siak yang kecil. Pandangan mata kami menangkap sebuah papan yang bertuliskan, rumah dikontrakkan. Kamipun berhenti .didepan sebuah rumah papan dengan model panggung. Terlihat jelas kalau rumah tersebut adalah rumah kuno / tua. Kami coba hubungi no telepon pemilik kontrakan untuk bisa melihat keadaan didalamnya.

Pak rahim, pemilik kontrakan berkenan mengutus anak beliau utnuk memberikan kuncinya. Memasuki rumah tersebut.....ada daya tarik yang tidak bisa saya katakan. Saya seperti pulang kerumah sendiri.Bangunan tersebut adalah peninggalan orang tua pak rahim, beliau senagaja tidak merenovasi total agar bangunan yang ada tetap seperti jaman dulu. Lalu kami tengok, kamar mandi bersih dan rapi. Rumah tersebut terdiri dari dua bangunan. Bangunan pertama adalah rumah panggung dengan 2 kamar, ruang tamu, dan ruang tengah yang cukup besar. Bangunan kedua, dengan lantai semen biasa, ada kamar mandi, dapur dan satu kamar.

Untuk ukuran kami yang cuma berdua, sebenarnya rumah ini terlalu besar. Belum lagi pekarangan yang cukup luas dengan rumput-rumput liarnya. Kalau kami tinggal lumyan agak capek...harus kerja bakti membersihkannya. Kamipun mencoba memikirnya dulu. Namun karena sudah terdesak kebutuhan untuk tempat tinggal. Kami coba mengambil keputusan cepat. Rumah itu walau sederhana dan tua, terletak ditempat yang sangat strategis tidak jauh dari Istana Siak Sri Indrapura. Kalau suatu saat kami ingin berbisnis, tentulah ini tempat yang sangat mendukung.

Kamipun.....akhirnya tinggal dirumah pangung tersebut. Rumah panggung yang sudah ada ketika Sultan Syarif Qasim masih hidup. Bahkan kata Pak Rahim, Sultan sering bertandang ke rumah tersebut. Jadilah kami penghuni rumah tinggi...sebutan untuk rumah tersebut. Suami saya haru rela ’berkebun’ untuk membersihkan rumput liar dan merapikan pagar tanaman hirup yang berupa rumpun bambu.

Malam pertama menginap, kami diserbu nyamuk yang banyak... maklum lingkungan rumah banyak pepohonan dan semak-semak. Dan bagian atas dinding rumah yang berkawat, belum ditutup. Sehingga udara / nyamuk dengan bebas keluar masuk rumah kami. Hmmmm...... suami saya yang tak terbiasa dengan menggunakan obat kimia pembunuh nyamuk. Tidak bisa tidur. Besoknya kami putuskan mencari kelambu. Yah, hari kedua kami bisa tidur nyenyak. Yang jadi masalah ketika kami ada tamu menjelang malam hari, so pasti tamu-tamu akan dikerubuti nyamuk he he...... sampai ada teman saya yang akan buru-buru pulang dari rumah saya ketika magrib tiba. Kata dia untuk menghindari serangan udara para nyamuk..... he he......

Yah akan banyak cerita tentang rumah itu....... terkadang ada rasa takut terselip dihati, ketika saya sendirian dimalam hari. Suasana sepi, lengang, jauh dari tetangga. Namun, saya tahu...ketakutan-ketakutan itu harus dilawan. Saya berusaha menikmati tinggal dirumah tinggi. Walau sering,...saya bujuk suami untuk cari tempat lain. Namun dengan bijak beliau berkata :
” Rumah yang luas, justru akan memperbanyak orang silahturahmi ke rumah kita..”

Dan benar saja.... hampir tiap hari kami selalu mempunyai tamu, mulai dari pasien Bekam / ruqyah, teman silahturahmi, adik-adik SMU binaan mentoring ( kebetulan kam terjun di dakwah sekolah SMU ), dan pengajian yang saya adakan.

Berharap semoga keberkahan ada dirumah tinggi kami..... walau banyak teman saya menyayangkan kami mengambil keputusan tinggal disana. Karena untuk ukuran rumah kayu, kontrakan kami tersebut sangat mahal....10 juta / tahun...angka yang luar bisasa mahal untuk sebuah rumah kayu di kota kecil. Padahal kalau di jakarta, kita bisa mendapatkan rumah yang bagus.

Namun kami senantiasa bersyukur, rumah sederhana kami adalah rumah cinta. Yang membuat pengunjung rumah kami betah, dan ingin kembali. Kehangatan cinta dan persahabatan telah kami buka lebar untuk seluruh sahabat, rekan dan masyarakat siak.

Pohon jambu yang diberkahi

Oh ya....sekedar cerita, didepan rumah kami ada pohon jambu air. Subhanallah, pohon tersebut tidak pernah berhenti untuk berbuah. Ketika buahnya sudah habis, maka akan munculah bunga baru, berbuah, habis dan begitu seterusnya. Kami persilahkan semua orang yang menginginkannya untuk memetik. Kami yakin keberkahan yang membuat Allah menjadikan buah jambu itu terus berbuah.

Semoga rumah tingggi kami....menjadi rumah cinta untuk semua...amin.... So, hayo siapa lagi mau singgah ke rumah tinggi ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar